Selasa, 03 Mei 2016

Dear Calon Ibu Mertua



Sebenarnya aku sendiri juga nggak tau seperti apa sosok ibu mertuaku nantinya. Galak? Noo….Penyayang? Yess…I want. Tapi ya gimana ya? Lha Wong aku sendiri juga nggak tau seperti apa nantinya. Kadang kalau ngebayangin orang orang yang cerita, “eh..ibu mertuaku tuh la..bla..bla..bla..”. 

kalau denger kayak gitu kadang juga takut. Apalagi kalau pas liat di tipi, hmm…syerem abis. Tapi apapun itu, aku nanti bakalan punya yang namanya ibu mertua alias ibunda dari suamiku tercintah. #Cieh…


Kalau yang namanya anak cewek pastinya deket dong sama ibunya sendiri. Sudah tau seperti apa, udah tau gimana cara seorang ibu mendidik dan merawat kita dari kecil dengan penug kasih sayang. Nah..kalau Ibu mertua, kita pastinya belum tau bagaimana sebenarnya wataknya. Kita hanya akan bertemu saat kita memutuskan hidup bersama dengan anaknya. Kita harus menganggapnya sebagai ibu kandung kita. Bagaimanapun sifatnya, kita harus menerima.


Tapi menurutku, yang bermasalah di dunia ini hanyalah antara menantu perempuan dengan ibu mertua. Bener nggak sih? Atau hanya sekedar pengetahuanku saja. Kebanyakan film film dan beberapa cerita orang orang, yang bermasalah selalu antara Ibu mertua dengan menantu perempuan. Apakah ini membuktikan kalau wanita memang mahkluk paling ribet di Dunia?


Untuk Calon ibu mertua yang aku sendiri nggak tau siapa dan seperti apa. Bahkan membayangkan seperti apa saja aku nggak bisa. Untuk itu aku ingin menuliskan sesuatu untukmu, wahai calon ibu mertua.

1.      Jika nanti aku ikut suamiku dan tinggal serumah dengan Ibu mertua, tolong jangan anggap aku seperti orang lain ya. Aku rela meninggalkan ibuku di rumah demi kewajibanku ikut suami dan tinggal bersamamu, jadi tolong mengertilah, aku meninggalkan ibu yang mengandung dan merawatku sejak kecil demi ikut suami. Ini memang sulit sekali, tapi kewajiban seorang istri adalah ikut suami. Apapun itu, tolong jangan anggap aku seperti orang lain.

2.      Jika nantinya aku dan suami punya rumah sendiri, tolong percayalah. Aku kan menjaganya seperti ibu mertua yang menjaga dan merawatnya dari kecil. Saat kami memutuskan untuk tinggal berdua, aku bukan “mencuri” anak laki lakimu. Izinkan kami berdua mandiri dengan tinggal berdua.

3.      Jika ibu mertua merasa masakanku kurang enak, maka jangan langsung memarahiku, bukannya aku nggak becus mengerjakan pekerjaan rumah, tapi beri aku waktu agar aku bisa memasak seenak ibu mertua. Aku juga bisa menyertrika, mencuci, menyapu dengan baik. Tapi kadang apa yang telah aku kerjakan belum tentu baik dimata ibu mertua, untuk itu beri aku waktu ya. Tolong beri waktu untuk mengerjakannya dengan sempurna.

4.      Jika nantinya keluarga ibu mertua adalah orang yang punya segalanya, jangan pernah remehkan keluargaku seperti apa. Tolong jangan menbanding bandingkan. Kami memang tidak punya banyak harta, tapi kami juga nggak mau dibanding bandingkan dan diremehkan begitu saja. Apalagi ya, yang akan aku tulis? Mendadak jadi lupa. Ada banyak hal yang ingin ku sampaikan kepada calon ibu mertua. Yang paling penting adalah 4 poin diatas. Aku nggak minta yang macam macam. Mungkin hanya semacam penasaran saja dan akhirnya aku tulis untuk calon Ibu mertua yang nggak tau siapa. 

Mungkin tulisan ini nggak akan dibaca oleh calon mertua, tapi aku pingin menyampaikan ini. Apa aku harus print surat ini dan aku serahkan jika aku sudah bertemu dengannya??? Hmmm….iya nggak ya? Kalau memang memungkinkan ya bakalan aku kirim. Duh..malah jadi penasaran gini ya.


~MissAnt~

0 comments:

Popular Posts