Selasa, 24 Juli 2018

5 Nilai Yang Diambil Dari Film 22 Menit



Apa yang bakal kamu lakukan kalau kamu lakukan kalau hanya diberi sisa waktu 22 menit?

Sekilas melihat layar bioskop pas nonton film 22 menit, seakan kembali ke Jakarta. Rasanya kangen dengan suasana Jakarta. Sempat nyari duit di Ibu kota ternyata aku bisa kangen juga setelah nggak  di sana? Kenapa? Yah…namanya juga kangen, datengnya suka dadakan. *Hallaaaaaa……

Sejak kemunculan trailernya emang bikin penasaran banget. Apalagi pas filmnya udah tayang perdana tanggal 19 Juli kemarin, banyak banget tweet-tweet yang membahas soal ini dna aku cuma bengong penasaran. AKhirnya kemarin baru nonton dan WOW…..

Ya memang sih, tiap orang punya pandangan yang berbeda tentang sebuah film. Kalau aku pribadi lebih suka mengambil nilai dalam sebuah film. Berdasarkan pengamatan pribadiku, film ini memiliki beberapa nilai yang patut diacungi jempol.

Nilai-nilai yang dapat diambil dari film 22 menit

1.Kesigapan anggota  POLRI dalam melawan Terosisme.

Ini yang penting banget buat diacungi jempol. Dalam film tersebut menunjukkan kinerja polisi Indonesia yang cepat tanggap. Saat ,mendengar terjadinya BOM, mereka langsung turun tangan dengan pasukannya melaui darat laut dan udara. Bahkan mereka menangkap tersangka dalam waktu  yang cukup singkat selama 22 menit.

2.kekhawatiran Menjalani LDR.

Lah kenapa sampai ngebahas LDR? Kalau ngeh sama film ini, pasti kalian bakalan nyimak percakapan Shinta (Taskya Namya) dengan teman sekantornya. Begitu juga dengan Firman (Ade Firman Hakim) dengan sesama Polisi saat di Pos Polisi. Yang aku inget, Shinta khawatir memanjalani LDR karena Firman akan dipindah tugaskan ke Sulawesi. Bahkan Shinta sampai mengurungkan niat pernikahannya.

LDR bukanlah masalah besar asal keduanya memiliki kepercayaan yang tinggi. Hubungan jarak jauh yang dialami di sini adalah tentang Polisi dan Karyawati. Cara Shinta menghindar ternyata tidak benar-benar menghindar, dia hanya ingin menyelamatkan kisah cintanya seperti apa yang dialami Ayah dan Almarhum Ibunya.

3.Hargai kebersamaan yang sederhana.

Kalau menurutku, scene yang bikin ternyuh di film ini adalah ketika Anas (Ence Bagus) lagi ngobrol sama Ibunya. Saat itu Anas mau berangkat kerja dan Ibunya nyamperin. Eh,,,nggak taunya itu adalah moment terakhir sebelum Anas menjadi korban ledakan Bom Thamrin di hari itu. Dari sini bisa diambil hikmah bahwa kita nggak tau kapan orang tersayang akan pergi. Sedih banget pas scene ini. Apalagi pas Ibunya nyamperin ke Jenazah Anas ke rumah sakit. Mpe netes air mata. Hihihi….serius sih nggak lebay.

4.Akan selalu ada orang yang khawatir dengan keadaanmu.

Secuek-cueknya cewek kalau dihubungin, tapi ia tetap punya rasa peduli tinggi. Meski Shinta selalu cuek dengan Firman, namun ia tetap menjadi orang yang berada disisinya. Yang udah nonton pasti tau donk adegan ini.
Jangan pernah berfikir Kamu tak berarti apa-apa. Karna hanya orang yang benar-benar peduli dan sayang sama kamu yang khawatir saat bencana berada dekat denganmu. Seperti saat terjadi ledakan dan berita sudah tersebar. Lihat kan betapa khawatirnya Ibu Anas dan Istrinya AKBP Ardi (Ario Bayu)  saat tau ada Bom.

5.Lebih  berani melawan teroris.

Dalam film ini juga menunjukkan betapa beraninya warga Jakarta dalam meengatasi aksi terror. Semua akan baik-baik saja jika ada kerjasama antara POLRI dan masyarakat dalam mengatasi aksi terror, dengan begitu akan tercipta suasana yang lebih nyaman.

22 Menit emang keren banget. Efek ledakannya total. Apalagi pas ada peluru tembus gedung dan ada pasukan Jibom  yang langsung terjun mausk ke dalam gedung dan menangkat teroris yang bersembunyi di dalam gedung tersebut. Itu keren banget. Pokoknya film 22 menit harus masuk daftar film yang harus kamu tonton deh. Penasaran kan? Ayok nonton mumpung masih tayang di Bioskop.

~MissAnt~

0 comments:

Popular Posts