Ada
yang bilang begini, Teman adalah orang yang selalu “ada” buat kamu. Kenapa ada
tanda petik ?? mungkin itu adalah pengalaman pribadi seorang Gadis bernama
Nadila. Nadila adalah seorang gadis yang jutek dan galak. Tapi nggak berarti
seseorang yang jutek dan galak itu buruk. Kadang seseorang hanya menilai orang
lain hanya dari penampilan luarnya aja. Karena penampilan luar tidak
mencerminkan karakter yang sesungguhnya. Mungkin bagi sebagian orang
beranggapan bahwa penampilan Luar mencerminkan karakter yang sebenarnya. Tapi
kalau menurut aku pribadi sih enggak. Misalnya saja Preman, Preman walaupun
penampilannya sangar seperti itu, belum tentu kalau dia selamanya Jahat. Begitu
juga dengan orang yang lemah lembut, nggak selamanya orang yang lemah lembut
itu akan selalu bicara sopan, ada kalanya mereka juga bisa berbicara kasar.
Nadila adalah mahasiswi komunikasi yang otaknya pas pas an. Jangankan otaknya,
wong uang jajannya saja pas pas an banget. Tapi walaupun begitu, dia tetap
semangat meraih cita citanya, dia ingin sekali menjadi seorang penyiar berita.
Walaupun banyak syarat syarat menjadi seorang penyiar yang baik, tapi Dilla
nggak memiliki satupun karakter dari itu semua, tapi dia tetap semangat untuk
meraih cita cita. Sejak dia berkali kali di tinggalkan oleh teman temannya,
Dilla memilih untuk selalu sendiri.
Saat masih kecil, Dilla
punya sahabat yang sangat ngertiin dia, dari hal sekecil apaun, misalnya saja,
sahabatnya selalu hafal jam berapa Dilla harus BAB. Anak anak memang masih
alami dan nggak ada rekayasa dalam pertemanan. Mungkin itu salah satu Hal yang
Dia rindukan saat sekarang ini. Semakin kita dewasa, kita akan lebih mengerti
bagaimana karakter dari berbagai macam teman yang dekat dengan kita. Dilla
sejak kecil memang lugu, maklumlah, dia gadis kampung yang mandinya masih di
sungai dan barengan sama sapi sapi. Kadang ke sekolah saja masih ada aroma
sapi, bukan karena mandi barengan sapi, tapi karena sepatu Dilla selalu nginjak
kotoran sapi. Apapun dia lakukan agar dia bisa sampai kesekolah dengan selamat.
Dulu anak SD masih numpang kebo buat sampia kesekolah dengan cepat. Kalau ingin
jalan ya resikonya itu tadi, nginjak kotoran sapi. Pilih mana coba? Dilla sejak
kecil sering menyendiri karena memang dia beraroma sapi, jadi teman teman nya
jarang yang mendekat padanya. Suatu hari di sekolah ada tugas kelompok, masing
masing kelompok terdri dari 2 orang. Saat itu hanya tinggal seorang Gadis
bernama Rani yang belum mendapatkan kelompok. Akhirnya mau nggak mau Rani harus
berpasangan dengan Dilla. Saat itu Dilla menganggap Rani adalah teman yang baik
karena hanya Rani yang mau berteman dengan Dilla. Sejak kerja kelompok itu,
Dilla dan Rani menjadi teman dekat. Walaupun Dilla kadang bau sapi, tapi Rani
tak mempermasalahkannya. Dia merasa kalau Dilla adalah teman yang apa adanya
tanpa minder dengan aroma sapi. Hari demi hari mereka selalu bermain bersama,
bermain masak masakan dan naik sepeda keliling sawah di sore hari. Ini membuat
mereka semakin akrab sampai akhirnya mereka melanjutkan ke sekolah menengah
yang berbeda. Walaupun beda sekolah dan beda arah jalan, tapi mereka masih
selalu menyempatkan bersepeda bareng setiap sore. Sejak mendekati waktu ujian
SMP mereka jarang untuk bersepeda bareng lagi, mereka lebih mempersiapkan diri
untuk fokus ke ujian sekolah. Hal ini membuat mereka jarang bertemu dan jarang
ngobrol bareng. Kalau sekarang enak, nggak ketemu masih bisa wasapan, bbm an
dan lain lain. Kalau dulu hal semacam itu belum ada, handphone juga nggak belum
menjadi kebutuhan primer bagi seseorang. Jadi kalau mau ketemu ya hanya janjian
di suatu tempat aja nggak perlu ngasih kabar, “eh...ni aku udah otewe ya, eh..ni aku boker bentar, eh...aku lupa
belum cebok, tar deh aku ke kamar mandi dulu, 10 menit lagi aku sampai,
bla...bla...bla....”. Dulu hal itu belum populer banget. Seiring
berjalannya teknlogi yang semakin berkembang, seakan akan hidup ini jadi
rempong banget. Dikit dikit harus nulis di social media. “ Ngantuk banget nih, ahh...kenyang, aduh...sakit perut, aduuh aku boker
di celana, bla...bla..bla..bla...”. kalau dulu nggak serempong itu, kalau
kebelet boker ya diem diem aja, kalau keciprit di kelas ya dim diem aja,
palingan aromanya nyebar ke kelas dan bikin ruangan jadi sedaaaaap. Coba deh
sekarang, ada hal seperti itu saja mungkin langsung di tulis ke social media, “eh...gilee temen gue keciprit di kelas,
baunya kayak bangke” Yah..namanya juga hidup, memang kadang perlu sedikit
ke-lebay-an. Sejak saat itu, Dilla jarang komunikasi dengan Rani. Sampai ujian
sekolah selesai dan hanya tinggal menunggu hasil ujian. Karena terlalu suntuk
di rumah, Dilla bersepeda sore seperti biasa, walaupun tanpa Rani, Dilla selalu
keliling sawah menggunakan sepeda bututnya. Saat Dilla merasa lelah, dia
beistirahat di bawah pohon yang sejuk sambil minum marimas rasa jeruk. Dulu
minuman marimas udah keren banget, bawa bekal minuman marimas di sekolah saja
udah ngerasa jagoan banget, soalnya yang lain bekalnya Cuma teh manis anget,
kadang masih panas dan membuat botol minuman jadi nggak berbentuk lagi karena
kepanasan. Saat sedang menikmati seteguk marimas rasa jeruk itu, dua orang
lewat memakai motor berwarna merah dan memakai topi bulat layaknya seorang
model sedang berjalan jalan di tengah kampung. Kemudian turun salah satu
seseorang yang mamakai celana bercorak bunga bunga,”Hai Dill, sendirian aja nih kamu, nggak bosan ya kamu tiap sore
keliling sawah”. Sapa Rani. “eh..kamu Ran, kirain siapa, dari mana kamu
Ran?” tanya Dilla. “Ini Dill, aku
baru aja dari rumah temen les ku, trus aku pulang di anter sama dia soalnya aku
udah kehabisan angkot, kalau gitu aku duluan ya Dill, kasian nih temenku tar
kesorean”. Percakapan mereka yang jarang bertemu seakan menjadi biasa biasa
saja, sudah nggak seperti dulu. Mereka selalu menghabiskan sore dengan
bersepeda keliling sawah dan membicarakan banyak hal, dari guru yang galak
sampai gebetan mereka di sekolah. Hari hari yang di nantikan pun tiba, siswa
SMP menerima pengumuman kelulusan. Mereka pun lulus dengan nilai yang sangat
memuaskan. Saat Dilla pergi ke toko dekat sawah yang sering mereka pakai buat
jajan marimas, Dilla bertemu dengan Rani, Rani terlihat memesan marimas sambil
makan permen kaki yang berwarna merah. “Hai
Ran, sendirikan aja ya kamu, oiya kamu rencana mau daftar ke SMA mana ? besok
kita cari sama sama yuk ?” ajak Dilla. “Eh
dila, wah...gimana ya Dill, besok aku mau cari sekolah barengan sama teman Les
ku nih pakai motornya dia, kalau pakai angkot nggak bisa muter muter cari
sekolah yang lain Dill” Jawab Rani. Lalu sambil keluar warung, Rani
berpamitan dengan Dilla dengan tergesa-gesa “
Eh...aku duluan ya Dill, temenku mau main kerumahku”. Dengan muka yang
masih bengong, Dilla berkata dalam hati “Rani
sekarang udah berubah, nggak seperti Rani yang aku kenal” nggak terasa es
marimas yang di minum Dilla hanya tinggal es batunya, Dilla pun segera pulang
ke rumah. Dilla sadar kalau dia orang yang nggak punya, nggak ada salahnya juga
kalau Rani lebih memilih temennya yang
pakai motor. Pagi itu, Dilla jalan menuju gapura dekat rumahnya untuk menunggu
angkot, Tiba tiba Rani dan temennya menghampirinya, “Dill, udah mau berangkat ya? Kita bisa minta tolong nggak ? anterin
kita ke bengkel sebentar donk? , ini ban nya bocor”, pinta Rani. Karena
nggak tega, Dilla pun mngantar mereka ke bengkel terdekat, selama kurang lebih
setengah jam mereka berbincang bincang, Rani sangat asyik dengan teman nya,
sementara Dilla hanya banyak bengong, seperti nggak di anggap karena mereka
keasyikan ngobrol. Akhirnya selesai hjuga menambal ban motor temennya Rani,
Mereka pun hanya mengucapkan Terima kasih kepada Dilla dan buru buru pergi
karena mau mencari sekolah bersama. Dilla pun berjalan sendiri menuju halte
dekat Gapura tadi. Walaupun mencari sekolah sendiri, tak menyurutkan semangat
Dilla, sampai akhirnya Dia sampai di depan pintu gerbang sekolah Favoritnya,
Dia masuk dengan langkah percaya diri dan melihat syarat syarat masuk sekolah
itu. Akhirnya dia memasukkan berkas berkas Ijazah dan kemudian Pulang. Sampai
di Rumah dia istitahat sejenak dan nonton TV, Tiba tiba ada suara ketuk pintu
dari pintu belakang rumahnya “
Dilla....Dilla....” suara itu ternyata Rani, Rani datang kerumah Dilla dan
mereka mengobrol. “Dill, aku bosan nih
nggak ada temen, huh,,,bete banget rasanya, pingin jalan jalan gitu” Keluh
Rani. “hmmm....gimana kalau kita sepedaan
aja yuk keliling sawah, seru nih kayaknya” Ajak Dilla. Belum sempat Rani
menjawab, tiba tiba ibu Rani mengetuk pintu rumah Dilla, “Ran,,,itu ada temenmu Nuri dateng” kata Ibu Rani. Rani pun langsung
bergegas pulang. Ibu Rani pun menyuruh Dilla untuk ikut main ke rumahnya tapi
Dilla menilak karena ada sesuatu yang harus dia kerjakan. Sejak Rani dekat
dengan teman Lesnya itu, dia menjadi berubah drastis, mencari Dilla hanya kalau
ada perlu saja. Sementara itu Dilla merasa capek dengan hal seperti ini, Dilla
selalu di cari kemudian di lupakan, apakah seperti ini yang di namankan teman.
Kalau ada teman yang baru, kemudia teman yang lama di tinggalkan, kalau lagi
butuh banget kemudia mencari Dilla. Di SMA Dilla juga menemui teman yang mirip
seperti Rani, saat butuh mencari dan setelah nggak butuh kemudian mereka pergi.
Saat mereka susah, Dilla selalu membantu mereka sepenuhnya, walaupun tidak
dengan materi tapi Dilla bisa menjadi pendengar setia. Tapi saat Dilla jatuh,
tak ada seorangpun teman yang mau menjadi pendengar setia.
Sejak menjadi Mahasiswi
Dilla menjadi orang yang suka sendiri, Dilla lebih suka mengungkapkan curahan
hatinya dengan menulis, Dia lebih suka nulis panjang lebar tentang keluh
kesahnya. Dia trauma dengan suatu pertemanan, Di mana Dilla akan di tinggalkan
lagi saat seseorang mempunyai teman yang “lebih” dari Dilla, Walaupun Dilla tak
punya materi untuk menyenangkan teman, tapi dia bisa menjadi pendengar setia
bagi siapapun. Kadang orang berteman hanya menilai dari materi, mereka berfikir
bahwa dengan berteman dengan orang yang banyak uang, akan membuat mereka lebih
senang. Tapi sebenarnya nggak demikian, teman yang paling setia bukanlah teman
yang banyak materi, tapi yang bisa menjadi pendengar setia saat kamu sedang
“Jatuh”. “Friend” hanya bisa “End” karena mereka lebih
memilih teman baru mereka yang banyak materi, karena mereka berfikir bahwa
dengan materi mereka akan lebih senang. Jadi sedikit sekali teman yang ada saat
kita sedang “Jatuh”. Kalau kita sedang di atas, kita merasa banyak sekali
teman, tapi apakah teman tersebut juga ada saat kita sedang “Jatuh” ???
*TAMAT*
0 comments:
Posting Komentar