Kaulah
segalanya, lepiku. Kenapa aku bilang segalanya pada mereka? Iya aku ngga salah
untuk menjadikannya segalanya untukku. Kenapa harus lepi dan henpon yang jadi segalanya? Emang kamu
ngga punya temen? Nah…demikianlah pertanyaan yang muncul. Teman sih
banyak, tapi nyari yang tetap bertahan
memang sulit. Kadang yang kita anggap baik memang belum tentu baik. Aku ngga
pernah sembarangan menilai orang. Setiap kenal dengan orang baru, yang aku
inginkan hanyalah saling mengenal dan dia orangnya baik. Ngga mungkin donk,
kesan pertama udah berani menilai bahwa seseorang tersebut tidak baik.
Kebanyakan orang menilai seseorang dari pertemuan pertama. Tapi hal ini tak
berlaku buat aku. Menilai orang yang benar adalah setelah kita kenal dengan
orang tersebut, penilaianku terhadap orang yang pertama kali kenal adalah
semuanya baik. Itu aja sih.
Okay,
kembali ke leptop. Yappp, my lepi is my everything. Ada saatnya seorang teman
berubah dan tak seperti yang kita kenal. Kalau uah kayak gini, mau bagaimanapun
tetap saja ngga seperti dulu lagi. Kadang seseorang berubah tanpa ada alasan.
Yang tadinya gini bisa jadi gitu. Walaupun kita tidak terima dengan perubahan
seseorang, tapi ya mau gimana lagi. Kita ngga mungkin tanya tanya, “eh kamu kok gini
sih sekarang? Kenapa? Kenapa? Kenapa??” Mau teriak teriak dan nanya
berulang kali juga jawabannya tetep sama, “ngga papa kok, berubah gimana sih”. Yasudahlah.
Kalau mereka bisa begitu, kenapa aku ngga bisa gitu juga ? #ThinkingOutLoud.
Pernah
baca sekilas tulisan pendek semacam tweet bunyinya begini, “Orang kadang kabur ke dunia maya Karena muak
dengan dunia nyata”. Hmm,, kata kata ini ada baiknya juga sih. Dunia
maya emang asyik banget, tapi asal bisa memanfaatkan dengan baik lho. Misalnya
saja, saat kamu ngga ada seseorang buat menumpahkan segalanya, maka kamu bisa
nulis dan kamu posting di blog atau dimanapun. Sekarang teknologi juga makin
canggih, seseorang bisa berjam jam memandangi gadgetnya dan lupa dengan dunia
nyata. Walaupun kadang dunia nyata itu membosankan, tapi ingat donk, kita hidup
di dunia nyata woyy!!
Aku
memang munafik banget, iya jujur nih. Dulu aku sempat kesel banget, kenapa oang
orang segitunya cuek sama dunia nyata saat udah menunduk kearah gadget masing
masing. Sepertinya egois banget. Lupa dengan sekitar. Paling banyak yang aku
menemui hal semacam ini di kota kota besar, terutama Jakarta. Sempet dapet Job
di Jakarta dan kebanyakan penduduknya seperti sudah terikat sekali dengan
gadgetnya. Dulu aku heran, bisa gitu banget ya mereka kecanduan gadget.
Nah…sekarang aku juga kecanduan hal semacam itu dan ternyata asyik juga.
#HadeeehGimanaInih. Tapi aku kabur ke dunia maya hanya untuk bersenang senang
kok. Ada benarnya juga sih, kita seringkali lari kedunia maya karena kita
merasa suntuk di Dunia yang sebenarnya.
Sejak
saat itu aku sudah memutuskan kalau aku lebih baik kehilangan teman yang
berubah entah karena hal apa dari pada harus jauh jauh dari lepi. Kenapa harus
pusing mikirin orang yag berubah dan menjauh dari kita? Biarlah saja, kalau
mereka memang mau nyari yang lebih dari yang bisa kita lakukan, Ya sokk atuh.
Ngga papa, masih ada lepi untuk mencurahkan semuanya. Meskipun benda mati, tapi
ini bisa menjadi saksi semuanya. Kita bicara tak harus dengan seseorang kok,
mungkin bisa dengan benda mati seperti tembok. “Gila ya? Ngga kok, ini ngga gila”. Ini
lebih baik dari pada kamu ngomong sama mahkluk yang bisa bicara tapi tak
memahaminya dan bisa berubah kapanpun.
Tulisan ini untuk seorang
teman yang selalu berubah kapanpun tanpa alasan yang jelas. Mungkin saja bosa
dengan kita, atau mau nyari yang lebih dari kita. Antara yang bikin nyaman
dengan yang lebih baru memang beda. Perbedaanya hanya kamu sendiri yang dapat
merasakannya. Terima kasih telah menjadi teman yang mudah sekali berubah.
Dan
selamat datang teman baruku, lepiku, henponku. Kaulah segalanya. Tanpamu aku tak
bisa berkarya. #Hasyeekkkk.