Apa yang bakal kamu lakukan kalau kamu lakukan kalau hanya
diberi sisa waktu 22 menit?
Sekilas melihat layar bioskop pas nonton film 22 menit,
seakan kembali ke Jakarta. Rasanya kangen dengan suasana Jakarta. Sempat nyari
duit di Ibu kota ternyata aku bisa kangen juga setelah nggak di sana? Kenapa? Yah…namanya juga kangen,
datengnya suka dadakan. *Hallaaaaaa……
Sejak kemunculan trailernya emang bikin penasaran banget. Apalagi
pas filmnya udah tayang perdana tanggal 19 Juli kemarin, banyak banget
tweet-tweet yang membahas soal ini dna aku cuma bengong penasaran. AKhirnya
kemarin baru nonton dan WOW…..
Ya memang sih, tiap orang punya pandangan yang berbeda tentang
sebuah film. Kalau aku pribadi lebih suka mengambil nilai dalam sebuah film.
Berdasarkan pengamatan pribadiku, film ini memiliki beberapa nilai yang patut diacungi
jempol.
Nilai-nilai yang dapat diambil dari film 22 menit
1.Kesigapan anggota POLRI
dalam melawan Terosisme.
Ini yang penting banget buat diacungi jempol. Dalam film
tersebut menunjukkan kinerja polisi Indonesia yang cepat tanggap. Saat
,mendengar terjadinya BOM, mereka langsung turun tangan dengan pasukannya
melaui darat laut dan udara. Bahkan mereka menangkap tersangka dalam waktu yang cukup singkat selama 22 menit.
2.kekhawatiran Menjalani LDR.
Lah kenapa sampai ngebahas LDR? Kalau ngeh sama film ini,
pasti kalian bakalan nyimak percakapan Shinta (Taskya Namya) dengan teman
sekantornya. Begitu juga dengan Firman (Ade Firman Hakim) dengan sesama Polisi
saat di Pos Polisi. Yang aku inget, Shinta khawatir memanjalani LDR karena
Firman akan dipindah tugaskan ke Sulawesi. Bahkan Shinta sampai mengurungkan
niat pernikahannya.
LDR bukanlah masalah besar asal keduanya memiliki
kepercayaan yang tinggi. Hubungan jarak jauh yang dialami di sini adalah
tentang Polisi dan Karyawati. Cara Shinta menghindar ternyata tidak benar-benar
menghindar, dia hanya ingin menyelamatkan kisah cintanya seperti apa yang
dialami Ayah dan Almarhum Ibunya.
3.Hargai kebersamaan yang sederhana.
Kalau menurutku, scene
yang bikin ternyuh di film ini adalah ketika Anas (Ence Bagus) lagi ngobrol
sama Ibunya. Saat itu Anas mau berangkat kerja dan Ibunya nyamperin. Eh,,,nggak
taunya itu adalah moment terakhir
sebelum Anas menjadi korban ledakan Bom Thamrin di hari itu. Dari sini bisa
diambil hikmah bahwa kita nggak tau kapan orang tersayang akan pergi. Sedih
banget pas scene ini. Apalagi pas Ibunya
nyamperin ke Jenazah Anas ke rumah sakit. Mpe netes air mata. Hihihi….serius
sih nggak lebay.
4.Akan selalu ada orang yang khawatir dengan keadaanmu.
Secuek-cueknya cewek kalau dihubungin, tapi ia tetap punya
rasa peduli tinggi. Meski Shinta selalu cuek dengan Firman, namun ia tetap
menjadi orang yang berada disisinya. Yang udah nonton pasti tau donk adegan
ini.
Jangan pernah berfikir Kamu tak berarti apa-apa. Karna hanya
orang yang benar-benar peduli dan sayang sama kamu yang khawatir saat bencana
berada dekat denganmu. Seperti saat terjadi ledakan dan berita sudah tersebar. Lihat
kan betapa khawatirnya Ibu Anas dan Istrinya AKBP Ardi (Ario Bayu) saat tau ada Bom.
5.Lebih berani
melawan teroris.
Dalam film ini juga menunjukkan betapa beraninya warga
Jakarta dalam meengatasi aksi terror. Semua akan baik-baik saja jika ada
kerjasama antara POLRI dan masyarakat dalam mengatasi aksi terror, dengan
begitu akan tercipta suasana yang lebih nyaman.
22 Menit emang keren banget. Efek ledakannya total. Apalagi
pas ada peluru tembus gedung dan ada pasukan Jibom yang langsung terjun
mausk ke dalam gedung dan menangkat teroris yang bersembunyi di dalam gedung
tersebut. Itu keren banget. Pokoknya film 22 menit harus masuk daftar film yang
harus kamu tonton deh. Penasaran kan? Ayok nonton mumpung masih tayang di
Bioskop.
~MissAnt~