Kamu pasti pernah
mendengar Sebaran apem Jatinom bukan? Lantas apa yang terlintas dibenak ketika
mendengar kata apem. Enak? Lezat? Gurih?
Mengenyangkan? Yap benar semua. Tapi
dibalik kelezatannya, ada sejarah mengapa ada sebaran apem di Jatinom.
Sebagai orang
yang tinggal di Jatinom, nampaknya aku harus tau sejarahnya. Biar kalau pas bawain apem, aku bisa jawab.
Nah, dari pada aku bolak-balik jelasin, mending aku tulis aja deh. Tar kalau
pada nanyak, langsung aja aku kasih link blog ini. Hahahahahaaaa~
Sejarah sebaran apem di Jatinom
Pada zaman dahulu
kala (Cieee kayak orang mau ngedongeng
aja ...) ada seorang ulama yang sedang melakukan syiar agama islam di
Jatinom. Ulama tersebut bernama Ki Ageng Gribig. Konon katanya, Ki Ageng Gribig
hanya membawa 3 buah apem dari Mekkah. Dengan 3 buah apem tersebut, Beliau
membagi-bagikan apem ke penduduk Jatinom sambil berdakwah. Namun anehnya apem
tersebut tidak habis meski dibagi rata dengan penduduk Jatinom.
Saat akan
membagi-bagikan ke penduduk, apem tersebut masih dalam keadaan hangat. Sambil
membagi-bagikan apem, Ki Ageng Gribig berkata, “Apem Yaa-qowiyyu” dan berdoa
agar apem tersebut cukup untuk mencukupi anak cucu penduduk Jatinom.
Yaa-Qowiyyu
sendiri memiliki arti “Ya Alloh mohon
kekuatan”. Dengan harapan agar penduduk sekitar bisa lebih bertenaga dengan
memakan sebutir apem. Dari situlah ada perayaan sebaran apem sebagai bentuk
perayaan Ki Ageng Gribig dalam menyebarkan agama islam khususnya di Jatinom.
Makna Gunungan pada Apem
Sebelum apem di
sebar pada hari Jum’at pada bulan Safar, ada 2 gunungan apem (lanang dan wadon)
yang diarak pada hari Kamis, yang kemudian “dimalamkan” di Masjid Ageng Jatinom
(Sekarang masjid besar Jatinom). Sebelum menuju Masjid Ageng Jatinom, gunungan
apem diampirkan dulu ke Masjid alit Jatinom (Sekarang masjid kecil Jatinom)
yang merupakan Masjid yang dibangun oleh Ki Ageng Gribig.
Ada perbedaan
antara gunungan apem lanang (laki-laki) dan gunungan wadon (perempuan). Gunungan
wadon lebih pendek dan berbentuk lebih bulat, smentara Gunungan lanang lebih
tinggi dan di bawahnya terdapat kepala macan putih dan ular.
Konon, Kedua
hewan itu adalah kelangenan Ki Ageng Gribig. Macan diibaratkan Kiai Kopek yakni
macan putih kesayangan Ki Ageng Gribig, sedangkan ular adalah Nyai Kasur milik
Ki Ageng Gribig. Selain itu, penyusunan gunungan apem juga tidak sembarangan.
Susunan apem
memiliki arti. Penyusunannya dibuat
menurun dengan jumlah 4-2-4-4-3 yang berarti jumlah rakaat sholat
dimulai dari Isya, Subuh, Zuhur, Asar, dan Magrib. Di antara susunan itu terdapat
kacang panjang, tomat, dan wortel yang melambangkan masyarakat sekitarnya hidup
daripertanian. Di
puncak gunungan terdapat mustaka (seperti mustaka masjid) yang di dalamnya
berisi
ratusan apem.
Puncak acara sebaran apem
Pada tahun ini,
perayaan sebaran apem di Jatinom diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 26
Oktober 2018. Namun, untuk pembukaan sudah dilakukan pada hari Kamis tangga 18
Oktober 2018. Acara tahunan ini berlangsung satu minggu hingga puncak acara
Sebaran apem.
Dalam seminggu
tersebut, ada banyak acara yang diadakan
seperti, karnaval budaya, parade drumband,Gejog lesung, Jathilan, Kirab
gunungan apem, hingga puncak sebaran apem pada tanggal 26 Oktober 2018.
Puncak acara
biasanya dilangsungkan setelah Jumatan (Sholat Jumat), kurang lebih jam 1
siang. Gunungan apem nantinya akan dibawa oleh petugas menuju ke sendang
plampeyan yang tak jauh dari masjid ageng. Para rombongan pembawa dan penyebar
apem nantinya akan memakai pakaian putih lengkap dengan sorbannya.
Dari tahun ke
tahun minat penonton sebaran apem Yaa-Qowiyyu selalu meningkat. Bahkan tak
hanya dari penduduk lokal, banyak penonton yang berasal dari luar kota maupun
wisatawan asing.
Yang Tak Boleh Dilakukan Saat Menonton Sebaran
Apem
Menyaksikan
sebaran apem langsung di lokasi memang menyenangkan. Hal ini karna antusiasme
penonton yang ingin mendapatkan apem yang dianggap sebagai berkah. Mitos ini
memang seringkali beredar karena banyaknya orang yang tidak benar-benar tau apa
makna sebaran apem yang sebenarnya.
Ada yang
beranggapan bahwa ketika kita mendapatkan sebaran apem, maka kita akan
mendapatkan berkah. Tak heran jika di lokasi sangat sesak dan penuh dengan
lautan manusia. Tapi sebenarnya tidaklah seperti itu karena rejeki hanya datang
dari Alloh SWT, bukan dari apem yang kita dapat saat sebaran apem.
Adanya sebaran
apem hanyalah sebagai perayaan atau mengenang kembali Ki Ageng Gribig dalam
menyebarkan agama islam di Jatinom. Apem yang disebar bukan hanya berasal dari
gunungan saja, tetapi juga berasal dari sumbangan apem warga sekitar.
Jadi, jangan
mudah percaya akan mitos yang menyebutkan bahwa, jika mendapatkan apem saat
sebaran akan mendapatkan berkah. Yang
penting ikut merayakan saja, kalau nggak
dapet apem dari sebaran, Kamu juga bisa
beli apem di aku, karna aku juga jualan apem. Kan lumayan. Banyak pendatang
dari luar daerah yang juga ingin mencicipi kelezatan apem. So, manfaatkan
jualan apem. Haha....
Begitulah sedikit
tentang sejaran sebaran apem di Jatinom. Kalau kamu penasaran kayak gimana
kemeriahannya bisa langsung datang ke acara Sebaran Apem Jatinom yang akan
berlangsung 26 Oktober 2018.
Sumber : Berbagai sumber.
~MissAnt~
0 comments:
Posting Komentar