Kamu kapan nikah?
Nunggu apa lagi sih? Calon udah ada kan?
Ayok kapan sebar undangan? Jangan kelamaan?
Nunggu apa lagi?
Nunggu apa lag?
Nunggu apa la......?
Gitu aja terus
sampai gelora bung karno berubah jadi ladang gandum kemudian ketumpahan coklat
dari luar angkasa dan terjadilah Koko crunch.
Siapa yang sering
dikejar-kejar sama pertanyaan soal itu? Gimana? Kamu risih nggak? Atau malah
merasa tertantang?
Kalau aku pribadi
sih risih? Kenapa? Toh semua orang juga nantinya akan menikah, jadi kenapa
orang lain harus sibuk bertanya kapan? Iya nggak sih?
Kalau orang
seusiaku gini (lah...emang berapa
usianya? )tentunya mulai dari temen dan keluarga udah pada tanya donk, “kapan kamu nikahnya? Jangan kelamaan? Tar
keburu tua lhooo....”
Yang kebangetan
itu ada yang tanya dan dia adalah temen SMP. Okey, mungkin setelah lulus SMP
dia langsung nikah dan sejauh ini udah punya anak yang udah mau masuk SMP. Mungkin
baginya, aneh aja pas ketemu aku dan masih belum nikah jugak. Kemudian
timbullah pertanyaan yang aneh-aneh. Akhinta aku jadi males komunikasi sama
dia? Kenapa ? Ya itu tadi, yang ditanyakan hanya seputar hal itu.
Loh kok kamu sewot, emangnya kamu nggak mau nikah
ya Ta?
Nah kan jadi
serba salah. Dijawab sewot salah, dijawab dengan lemah lembut malah tambah
nyesek. Sebenarnya orang-orang kayak gitu makanannya apa sih? Pernah jajan
cilok nggak sih?
Oke baiklah kalau
belum pernah makan, nggak papa, lain kali nyobain aja.
Dengan banyaknya
pertanyaan seperti itu, aku jadi pingin nulis tentang beberapa pertimbangan
yang perlu kamu tau sebelum memutuskan untuk menikah. Ya bukannya aku sok tau
tentang bagaimana kehidupan setelah menikah ya? Tapi dari artikel yang aku
baca, ternyata penting juga buat orang-orang yang buru-buru nikah hanya karena
omongan orang.
Nih....mon maap
ya buat orang-orang yang sudah menikah duluan. Bukannya aku sok menggurui
bagaimana-bagaimana, bukannya aku sok tau sok paham banget kehidupan
pernikahan. Lha wong aku aja belum nikah, jadi sebenarnya aku nggak pantas
ngomongin hal ini.
Kalau ada yang
nanya, dari mana kamu tau pertimbangan tersebut dan atas dasar apa? Aku hanya
bisa jawab, pernah baca artikel soal pernikahan. Yap, karna dengan banyak baca,
seseorang jadi lebih paham. Selain itu, dari seorang teman yang sudah menikah,
jadi bisa buat pelajaran kan?
Jadi, apa saja
pertim bagan sebelum memutuskan untuk menikah?
1.Kenali
keluarganya, jangan hanya kenal dirinya.
Saat kamu sudah
yakin dengan dengan seseorang, pasti langkah selanjutnya adalah memutuskan
untuk hidup bersama sebagai teman hidup. Iya nggak? Tapi pastikan kamu sudah
mengenal keluarganya dengan baik, ya m inimal keluarga inti. Karna salah satu
ini menikah tidak hanya menyatukan dua insan tetapi juga menyatukan dua
keluaga. Betol nggak?
Kalau kamu hanya
mengenal dirinya tanpa ingin kenal lebih jauh dengan keluarganya, maka
pertimbangkan dulu. Karna kehidupan
setelahnya, kamu akan berhadapan dengan keluarga pasanganmu. Meski kamu memilih
untuk tinggal berdua dengan pasangan, tapi akan ada moment di mana kamu akan
berkumpul dengan keluarga besarnya. Jadi, kenal keluarganya juga hal penting
yang harus kamu pertimbangkan.
2.Pahami karakter
masing-masing.
Menurut artikel
yang pernah aku baca, kehidupan setelah menikah akan berbeda dengan masa-masa
pacaran. Jadi, kamu harus paham karakter pasanganmu. Menikah bukan hanya
mengaruhi bahtera rumah tangga dalam sebualn maupun dua bulan, tapi selamanya.
Memahami karakter pasangan sangat penting, agar dalam menjalaninya kamu bisa terbiasa dengan karakternya.
Dulu aku denger
ada istilah begini, “Love is Blind, but
Marriage can open up your eyes”. Kalau saat bersama atau sedang dalam masa
PDKT kamu pikir dianya orangnya baik dan rela berjuang aja saja demi kamu,
jangan terlalu percaya karena kamu akan melihat sifat aslinye setelah menikah.
Kira-kira begitu penjelasannya.
Saat kamu yakin
dengan seseorang dan kemudian ingin melangkah ke jenjang yang lebih serius,
sebaiknya pahami tentan karakter masing-masing.
Misalnya kamu adalah orang yang keras kepala, dan pasanganmu sudah
nyaman dengan kamu, maka yang harus kamu pertimbangkan adalah apakah nanti
setelah menikah, kamu bisa paham dengan karakter tersebut?
Mengapa itu
penting untuk dipertimbangkan?
Karna hidup
berumah tangga tidak hanya satu atau dua hari. Mungkin kamu bisa mengatasi
sifat keras kepalanya selama dua hari, tapi belum tentu kamu nyaman kalau selama hidup bersama akan menghadapi
watak seperti itu.
Menikah bukan
soal nyaman dan yakin saja, namun perlu pertimbangan besar dalam memahami
karakter satu sama lain. Kalau ada yang bilang, “Ah...kamu tu nggak nikah-nikah. Jangan pilih-pilih lah”, ya kadang
ada benarnya juga.
Karna yang kita pilih adalah seseorang yang karakternya bisa
kita pahami atau orang yang bisa memahami karakter kita. Nyaman saja tidaj
cukup. #OkeSip
3.Membiasakan
untuk terbuka dalam hal apapun.
Mungkin saat
masih pacaran, kamu bisa saja menyembunyikan satu hal, tapi tidak berlaku saat kamu
sudah menikah. Kalau kamu suka kerja dengan suasana nyaman seperti di Coffee
shoop, ya jujur aja. Jangan ditutup-tutupi. Karna kunci kelanggengan suatu
hubungan adalah kejujuran. Hal ini berlaku untuk yang masih pacaran atau Long Distance Relationship.
Ingat ya, saat
memutuskan untuk menikah, usahakan jangan ada yang ditutup-tutupi. Pastikan
kamu sudah tau satu sama lain. Tau kelemahan masing-masing dan sama-sama
belajar untuk menjadi semakin baik. Kalau tips sederhana dari orang yang sudah
menikah adalah, saling percaya dan
saling terbuka. Kalau hal itu berjalan lancar, Insya alloh semuanya lancar.
4.Mulai pikirkan
tentang keuangan di masa depan.
Beberapa orang
beranggapan kalau terburu-buru ngomongin
keuangan dikira matre. Tapi bukan
begitu, nggak ada salahnya merencanakan tentang bagaimana kehidupan setelah
menikah. Karna yang paling penting dipikirkan adalah kehidupan setelah menikah,
jadi nggak ada salahnya merencanakan sedini mungkin.
Menurut artikel
yang pernah aku baca, faktor financial
seringkali menjadi pemicu masalah dalam rumah tangga. Iya tidaknya aku juga
nggak tau. Tapi nggak ada salahnya kalau ini menjadi hal yang wajib
dipertimbangkan. Iya nggak?
5.Tak perlu
menggelar resepsi mewah.
Kalau kata orang
Jawa, rasah geden yang artinya nggau usah
menggelar resepsi pernikahan terlalu mewah. Tak perlu malu sama omongan
tetangga. Karna yang menjalani adalah kita, bukan orang lain. Yang namanya
omongan tetangga emang tak ada habisnya.
Aku pribadi juga
setuju dengan hal ini. Kenapa? Karena yang terpenting dari pernikahan adalah
SAH. Kalau udah SAH mah bebas, mau ngapain aja juga halal. #Loh....
Akan tetapi,
beberapa orang terlalu gengsi kalau tidak mengadakan resepsi, katanya malu sama
teman, malu sama tetangga, malu sama teman-teman orang tua dan malu sama rumput
yang bergoyang. Ya kalau memang dirasa cukup untuk menggelar resepsi mewah
ya silahkan. Sebenarnya nggak ada
larangan sih. Hanya saja perlu dipertimbangan. Kalau aku sih, daripada buat
resepsi, mending duitnya buat jalan-jalan sekalian honeymoon. *Lahh....
6.Sudah siapkah
meninggalkan keegoisan pada diri masing-masing?
Dari awal sudah
dijelaskan bahwa menikah bukan hanya soal suka sama suka, saling merasa nyaman
ataupun hal-hal yang menyenangkan saja. Saat kamu sudah memutuskan akan menikah,
itu tandanya kamu sudah siap menjadi orang yang lebih sabar dan meninggalkan
sifat buruk seperti egois.
Nantinya kamu
harus bisa menyatukan perbedaan dengan pasangan. Karena dengan menikah, kamu
berarti harus siap dengan perbedaan pendapat, harus lebih mengalah demi
terciptanya keharmonisan rumah tangga.
Gimana? Aku udah
cocok jadi pakar pernikahan belum? Hahaha~geli sendiri aku bacanya. Demi apa
bisa nulis sebijak ini, IYA SEBIJAK INI. Ya anggap anggap aja bijak yak, karna yang dibahas juga serius. Lumayan kan,
bisa jadi bahan pertimbangan nantinya.
Baiklah, tujuan
aku nulis kayak gini bukan untuk menakut-nakutin kalian yang mau nikah dalam
waktu dekat. Ngapin juga menakut-nakuti, toh nantunya aku bakalan nikah. Ini
Cuma buat pertimbangan aja supaya kamu semakin mantab untuk melangkah ke
jenjang yang lebih serius. Okay?
~MissAnt~