Kamis, 09 November 2017

Hikmah dibalik Penyesalan

Saat ide mendadak hilang, terlintas satu hal yang saat ini bikin nyesel. Yap. Bohong banget klo Saya ngga nyesel. Rasa-rasanya pingin mengulang ke November 2012 yang membawa Saya ke Ibu kota. Mungkin Saya saat itu masih labil dan belum terbiasa dengan Ibu kota yang kurang ramah.


Kurang ramah? Yap. Anggap aja nggak seperti Kota sebelumnya. Tapi yang Saya heran, kenapa Saya waktu itu "strong" banget. Iya, heran banget. Kangen rasanya bisa strong kayak dulu. Sekarang juga masih strong sih. Tapi kadang lemah. No. Lemah ngga ada dalam kamus hidup Saya. Mungkin semacam rasa malas dan ogah-ogahan yang parah banget. Tapi ini wajar.


Pernah nggak merasa "nggak diterima" disuatu kota? Atau mungkin cuma perasaanmu saja? Yap. Bukan salah kota yang nggak mau menerimamu. Mungkin karna Kamu punya pengalaman buruk di kota itu. Meski banyak orang yang rindu, tapi bagimu kota itu biasa saja.


Katanya,Klo kita kembali lagi ke kota yang dulunya pernah stay, maka rasanya sudah tak senyaman saat kembali lagi. Yeah....I felt. Dulu nyaman banget di kota itu. Ketemu banyak teman dari berbagai daerah. Asyik banget. Tapi sekarang udah biasa aja. Cuma heran aja, apa yang masih bikin orang "cinta mati" sama kota itu.


Walau demikian, setidaknya saya bisa kenal mereka. Beberapa masih dekat, dan sebagian lagi sudah jadi mantan teman. Kok bisa? Bisalah, pertemanan itu ada masanya. Hanya yang tulus yang tahan lama. Beberapa hanya sekedar kenal doang. Kok gitu? Yap, seiring berjalannya waktu, kamu bakal tau mana teman mana lawan.


Meski begitu, jangan kapok buat menjalin pertemanan dengan siapapun. Karna dari situ kamu bisa belajar banyak hal. Sebenarnya, hidup ini hanya tentang datang dan pergi. Yang pergi akan tergantikan yang baru. Tapi yang TERBAIK akan selalu ada. Pasti akan ada teman yang selalu ada untukmu. Meski sedikit bahkan itu hanya satu aja, but it's okay lah.


Yang kita harap belum tentu terwujud. Yang kita inginkan belum tentu jadi milik kita. Tapi segalanya akan terganti dengan yang baru. Percayalah. Kamu ngga perlu menyesal dengan apa yang bukan rejekimu.


Tak perlu menyesal dengan apa yang sudah bukan rejeki. Tanpa sadar, kita sudah dituntun ke jalan dimana seharusnya kita berada. Saat tau bakal seperti ini, justru tak ada lagi yang perlu disesalkan.


Hidup tidak harus dengan atau berada disitu-situ saja. Sebagian dari orang yang kamu temui tidak selamanya ingat padamu. Karna mereka hanya numpang lewat. Dan itu nggak papa. Karna berikutnya akan seperti itu lagi dan lagi.


Dari sini Saya sadar, tidak seharusnya Saya membenci mereka hanya karna kebusukan yang mereka lakukan. Sudahlah. Kalau tidak seperti itu, Kamu ngga bakal tau apa yang jadi tujuanmu. Akan selalu ada hikmah. Percaya deh. Then....I forgive and Forget. Thank you so much.


#MissAnt

Lahirnya Orang MasaBodo


"Kok kamu gitu sama temen, teganya"

"Kok kamu nggak care gitu"
"Kok kamu sombong ngga mau ngumpul"


Yah...kata-kata kayak gitu sering banget didenger sama orang-orang cuek. Sebenarnya orang cuek itu nggak ada, karna sikap seseoranglah yang membuatnya cuek. Sama halnya dengan orang jahat, karna sikap seseoranglah yang membuatnya jadi jahat. Semua terjadi karna sebab akibat.


Karakter orang memang berbeda-beda. Tapi ini wajar. Namanya juga anak orang banyak. Pada dasarnya semua orang itu baik. Iya, manusia itu nggak ada yang jahat. Hanya saja  ada yang memaksa mereka jadi jahat, termasuk jadi orang yang masa bodoh.


Sebenarnya, nggak ada manusia yang ngga care dengan sesama. Tapi karna sikap seseorang yang keterlaluan, lalu lahirlah manusia-manusia masa bodoh. Ya....mereka lahir dari sikap orang-orang terhadap dirinya.


Ternyata saat kita baik sama seseorang, belum tentu orang tersebut punya pikiran yang sama. Oke. Ini bukan soal pamrih. Berbuat baik pada siapa saja itu wajib. Dan yang sangat disayangkan, ketika kebaikan kita selalu diremehkan. Dengan begitu apa masih pantas berbuat baik?


NO. Kamu berhak bersikap masa bodoh pada mereka yang suka meremehkanmu.


Bukankah balas dendam itu nggak baik, lantas kenapa kita harus bersikap masa bodoh pada mereka? Bukankah ini namanya balas dendam?


Bukan. Karna bersikap masa bodoh bukanlah balas dendam. Hanya saja sebagai obat kecewa. Hati orang juga ada lelahnya juga. Jangan terlalu SOK KUAT. Kasian juga hatinya, klo terus-terusan kuat. Nanti nantinya kamu bakal nggak sekuat sekarang. Sesekali meluapkan kecewa boleh saja kok.


Kadang pengalaman mengecewakan bisa bikin orang lebih kuat. Yap. Tanpa itu semua, Kamu hanya akan jadi orang LEMBEK. Berterima kasihlah pada mereka yang pernah membuatmu kecewa. Karna Kamu bisa seperti ini. Semasa bodoh ini.


But,wait. Masa bodoh bukan berarti Kamu ngga punya empati. Karna  ketidakpeduliannya hanya untuk orang-orang yang telah membuatnya kecewa. Jangan terus- terusan bikin orang kecewa. Semakin ia kecewa, maka ia akan semakin kuat.



#MissAnt

Sabtu, 21 Oktober 2017

Sebelum Kau Putuskan Untuk Menikah



Gimana perasaanmu kalau ada yang terus-terusan nanya “KAPAN NIKAH”? Apa kamu lebih santai, apa kamu biasa aja, apa kamu marah, apa kamu salto dan nendang orang yang nanya? Pilih jawaban sesukamu. Bebas kok, toh baru dianya doang. Belum menjalaninya kan? Belum sih. Sama. Saya juga belum.  Bahkan saya kadang pingin  balik nanya, “  KAMU KAPAN NIKAH LAGI? NGGAK PINGIN SELINGKUH GITU”.


Beberapa waktu lalu, Saya sempet baca artikel soal pernikahan. Soalnya penasaran juga sih. Banyak orang yang bilang nikah itu nggak asal bilang, “Saya terima nikahnya”. Nggak asal suka sama suka. Nggak asal saling cocok. Duh...terus gimana dong? Nah...itu dia. Saya juga bingung mau tanya ke siapa. Akhirnya Cuma baca-baca aja.


Waktu itu nemu dari twitter @TimeMagazine, judulnya apa lupa, pokoknya seputar pernikahan yang tak hanya asal cocok aja. Perlahan saya mulai klik artikelnya dan nyimak. Kemudian manggut-manggut. Cari sumber lain yang entah apa, lupa. Topiknya sama sih, seputar pernikahan dan kehidupan setelah menikah.



Baca lagi dan lagi, sampai akhirnya. Oh....jadi begitu to. Sambil manggut-manggut lagi. Tapi nggak tau deh, apa orang lain ekspresinya juga sama kayak saya. Atau saya yang terlalu serius memaknai (hallah memaknai) hal ini. Jadi, menurut saya pribadi, kehidupan setelah menikah itu lebih rumit daripada harus menjawab pertanyaan “KAPAN NIKAH”.


Kenapa Saya bilang lebih rumit? Kenapa bisa semudah itu mengatakan rumit? Padahal kan belum menjalani. Nah loh....jangan sok tau Ta. Tar di gebukin orang lho. Jangan memprovokatori orang-orang yang akan menilkah dalam waktu dekat. Jangan sampai abis baca tulisanmu, orang yang mau nikah jadi memundurkan tanggal karena belum siap.


Bukan....bukan kayak gitu maksud saya nulis kayak gini. Ini hanya jadi renungan aja supaya nanti kita lebih siap mental aja. Karna memutuskan menikah berarti kita tidak lagi bertanggung jawab pada diri sendiri maupun suami, tapi juga berfikir bagaimana nanti...nanti...dan nanti.


Menikah berarti, yang tadinya kita bangun pagi Cuma bikin kopi sendiri, nanti bakalan bikinin kopi untuk suami. Belum lagi kalau udah punya anak. Musti nyiapin sarapan buat anak-anak. Dan kamu nggak lagi mikirin diri sendiri, duit yang tadiya kamu pakai buat jajan kimbab, harus kamu belikan makanan-makanan sehat untuk anakmu.


Menikah juga harus siap materi. Yap...ini penting untuk direnungkan. Meski kamu maunya acara yang sederhana, tetep aja butuh duit juga kan? Kecuali kalau orang tua Kamu kaya raya, boleh tuh pake duit ortu buat resepsi gede-gedean. Emang ada anak model kayak gitu ya? Kalau ada sih nggak papa. Saya Cuma nanya doang kok.


Bahkan sebelum memutuskan menikah, kamu harus kompromi dulu sama teman hidup. “Besok gimana...gimana dan gimana?. Oke meski banyak orang bilang gini, “ah...nggak usah mikirin besok-besok deh. Ngejalanin sekarang aja dulu. Rejeki udah ada yang ngatur”. Iya bener, kata-kata itu emang bener banget. Tapi nggak ada salahnya kalau kita punya plan kedepannya bakal gimana.


Punya tujuan bukan berarti kita terlalu ribet dalam menghadapi hidup. Jalani hidup dengan santai tapi tetap punya plan kedepan lah. Biar nantinya nggak kaget. Saat sudah menjadi suami istri sudah seharusnya kita saling jujur soal materi. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Begitulah menurut artikel yang saya baca, benar tidaknya. Buktikan sendiri saat sudah berumah tangga.


Menikah bukan hanya soal suka sama suka dan merasa cocok satu sama lain. Pahami dulu karakter pasangan. Agar nanti nggak begitu kaget saat sudah hidup bersama. Biasanya, karakter asli akan keluar saat sudah menjadi teman hidup yang sah ( menikah dan tinggal satu atap). Yang tadinya sayang banget pas pacaran, jadi berkurang sayangnya ketika sudah menikah. Ini juga menurut artikel yang saya baca. Tapi lupa sumbernya dari mana yak.


Tapi, ada resep tersendiri agar saat sudah menikah sama harmonisnya saat masih pacaran. Hmm...benar begitu kah? Lalu apa resepnya? Kalau soal itu, saya juga nggak tau. Hanya diketahui oleh pasangan suami istri yang sudah menikah. Penasaran? Makanya nikah dulu. 


Menikah bukan soal hidup bersamanya sehari atau dua hari bahkan sebulan. Kamu bakalan hidup dengannya selamanya. Dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, yang kamu lihat Cuma dia. Dia bakalan jadi orang pertama yang kamu lihat saat membuka mata dipagi hari. Pokoknya masalah apapun dalam keluarga, hanya kamu dan dia yang tau dan yang bisa menyelesaikan. Jangan libatkan orang lain. Begitu katanya. Kata siapa Ta? Kata artikel yang Saya baca. #yaelah


Menikah itu bukan soal poto-poto saat resepsi, bukan soal mau kemana nanti kalau hanimun, karna menikah itu soal bagaimana menjalani hidup berdua setelah resepsi dan hanimun. Kalau ditanya mau hanimun dimana, saya bisa jawab. Tapi kalau ditanya  hanimun sama siapa, saya belum bisa jawab. Tanya saja sama Tuhan. Saya juga penasaran soalnya. Mau menikah sama siapa saja saya belum  tau. Jodoh saya masih dirahasikan Tuhan. Saya sudah coba kepo, tapi belum dikasi gambarannya. But..it’s okay. Keep calm.


Makanya, selagi masih sendiri, lakukan apa saja yang bikin kamu bahagia. Nyenengin orang tua, jalan-jalan, menekuni hobi, pokoknya ngapain aja yang bikin kamu merasa belum dibatasi. Mumpung masih punya banyak waktu lho. Besok kalau udah nikah, waktunya bakal beda. Iya beda. Kamu nggak bakal sebebas saat masih single. Katanya sih begitu.


Menikah itu bukan karna kebanyakan ditanya “KAPAN NIKAH”, bukan juga karna umur yang sudah semakin tua. Karna kedewasan dan kesiapan tidak ditentukan oleh banyaknya umur. Yang masih muda dan sudah siap untuk menikah pun juga banyak. Pokoknya jangan khawatir. Jangan lantaran kamu menikah hanya karna lelah dengan pertanyaan kampret tersebut.


Menikah bukan soal kesiapan sehari dua hari. Tapi sekali untuk selamanya. Dan buat kamu yang masih sendiri. Nikmati kesendirianmu, karna ini akan menjadi hal yang paling Kamu rindukan suatu saat nanti. Tenang saja, Tuhan nggak bakal ngebiarin kita hidup sendiri. Mungkin saja waktunya belum tepat. Percayalah, semua akan indah pada waktunya. You just need to believe.

#ByMissAnt #SoalPernikahan


Pentingnya Mendidik Anak Sejak Dini

“Kenapa mendadak nulis kayak gini? Emangnya udah nikah? Emangnya udah mau punya anak? “


Bentar-bentar, apa semua yang kita tulis harus pengalaman dari diri sendiri ya? Padahal berapa waktu yang lalu Saya sempet dapet Job nulis soal Pre-wedding, pokoknya seputar pernikahan. Jadi apakah Saya harus mendadak melakukan sesi poto nikah, trus kemudian nikah gitu ya? Eh...kalau yang ini, iya juga nggak papa sih. *Ngarep


Karna tidak semua yang kita tulis ada hubungannya dengan diri kita. Kalau Saya pribadi, nulis ya asal nulis aja. Asal ada dibenak ya langsung ditumpahin aja. Semua tergantung bagaimana  cara kita mengembangkan (Ciyeehhh). Misalnya saja seperti yang pernah Saya dengar ini. Serius Saya pernah denger dengan Kedua telinga Saya sendiri.


Jadi begini,


Waktu itu Saya denger percakapan dua Ibu-Ibu masa kini. Mereka pakai baju ijo lumut, entah seragam atau gimana. Pokoknya udah kayak dua lemper. Sebut saja namanya Ibu Mangkok dan Ibu Wajan.  Percakapan itu terjadi di sebuah ruang tunggu yang Saya sendiri juga bete nunggu antrian.



Bu Wajan                             :Bu, Saya kesel sama adik ipar Saya. Capek hati pokoknya.

Bu Mangkok                          :Lha kenapa to Bu? Mbok yang rukun sama sodara.

Bu Wajan                             :Orangnya pelit banget. Kalau sama Anak Saya pelit banget. Padahal kan keponakannya sendiri.

Bu Mangkok                          :Kok gitu sih Bu. Kalau kayak gitu ya keterlaluan. Emang pelitnya bagaimana Bu?

Bu Wajan                             :Mbok ya Kalau Anak Saya kesana itu dikasih duit. Kan Anak Saya masih kecil. Masa nggak ada peka-peka nya dikit sama anak kecil.

Bu Mangkok                         :Ya mungkin sedang nggak ada uang kali Bu. Mikir positif aja deh.

Bu Wajan                            :Masa tiap kesana nggak ada uang terus sih.

Bu Mangkok                         : Ya,,,,gimana ya Bu,,,*MulaiGarukGarukBingungMauJawabApa



Percakapan dua lemper eh Ibu-Ibu tersebut semakin panas. Saya semakin nguping mendengarkan dengan seksama.


Bu Wajan                             : Saking jengkelnya Saya nyuruh Anak Saya minta langsung Bu. Lagian Sama Ponakan sendiri pelitnya minta ampun.

Bu Mangkok                         :Nyuruh minta gimana Bu, Maksudnya.

Bu Wajan                             :Iya, jadi pas anak Saya ke rumahnya. Saya bilangin begini, “Nak, nanti Kamu minta duit sama Tantemu. Bilang aja mau ke Bali nggak ada sangu. Trus kalau diajak pergi, Kamu minta dijajanin. Kalau perlu minta dibeliin baju.

Bu Mangkok                         : Oh,,,Emang si Cenil (Anaknya Bu Wajan) mau piknik ke Bali ya Bu. Udah kelas berapa sih? Udah lama ya nggak ketemu Cenil.

Bu Wajan                             :Kelas 2 SD Bu. Namanya juga Anak kecil, ya wajar kan ya minta Tantenya. Habis Tantenya pelit sih.

Bu Mangkok                         :Wah...tapi nggak baik lho Bu. Anak kecil kok diajarin minta-minta.

Bu Wajan                             :Loh...minta-minta gimana? Kan minta sama Tantenya sendiri. Lha wong orangnya pelit juga. Apa salah kalau Saya ngajarin anak saya. Wajar kan ya. Namanya juga anak kecil. Musti diajarin Bu. Iya nggak?

Bu Mangkok                       : ........... *GarukGarukMauJawabApa


Mendengar percakapan itu, Saya yang tadinya haus jadi bisa nelen ludah sendiri. Bisa-bisanya anak sekecil itu udah diajarin ngarep. Kalau menurut Saya pribadi, itu ngggak bener. Apakah itu termasuk ajaran mendidik anak yang baik?


Bayangin aja, anak kelas 2 SD lho ini. Itu masih nggak ngerti apa-apa dan diajari minta-minta. Yah...meski minta-minta sama Tantenya sendiri. Hal itu sama aja ngajarin anak buat ngarep. Iyalah, nanti semakin lama akan tumbuh jadi anak yang Cuma ngarepin orang lain. Kemana-mana Cuma ngarepin pemberian orang. Nanti lama-lama juga bisa nekat minta maksa.


Bukannya Saya berpikiran negatif sih, Cuma mikir jangka panjang aja.Kalau sejak kecil udah diajarin yang buruk, gimana nanti kalau besar? Namanya anak kecil, kalau udah diajari hal buruk dari kecil, nanti bakalan ngaruh saat dewasa.


Ah...kenapa Saya bisa ngomong kayak gini yak? Udah kayak Emak-emak punya anak aja nih. Sekali-sekali mikir soal nanti juga nggak ada salahnya kok. Ada kalanya Kamu mikir, gimana nanti kalau udah jadi orang tua yang punya anak kecil. Apa saja yang akan Kamu ajarkan supaya Anak tumbuh menjadi anak yang “benar”. 


Kenapa harus pakai tanda kutip. Ya mungikin saja masih banyak orang tua yang mendidik anak dengan cara yang tidak benar. Seperti contoh diatas tadi. Seharusnya nggak mengajarkan anak menjadi orang suka ngarep. Hal tersebut hanya akan membuat anak tumbuh dengan manja dan tak mau berusaha sendiri.


Dari situ Saya juga mikir, nantinya bakal gimana mendidik anak supaya jadi anak bener. Kita bisa saja punya anak yang patuh asal cara didiknya bener. Dan semua itu sebaiknya dimulai sejak kecil. Bahkan sebelum SD. Mendidik anak sebaiknya dimulai sejak kita mengandung. Karna dari kebiasaan kita saat mengandung, sangat erat hubungannya dengan karakter anak nantinya. Begitu kata orang-orang yang sudah berpengalaman.


*BacaUlangApaYangSayaTulisIni
*KetawaNgakak
*Geleng-Geleng


Bisa-bisanya nulis ginian. Eh tapi ini penting lho. Nanti kita-kita yang masih muda ini (((((MASIH MUDA))))) bakalan jadi orang tua yang harus bertanggung jawab dengan tumbuh kembang anak. Kalau anak kita nantinya jadi anak yang bener, ini akan jadi kebanggaan kita sebagai orang tua yang berhasil mendidik anak dengan baik. Semoga nantinya kita menjadi orangtua yang berhasil mendidik anak.


*KatakanAamiin
*SemogaMenjadiRenunganYangBermanfaat



#ByMissAnt

Minggu, 15 Oktober 2017

Kadang Nggak Semuanya Butuh Pengakuan



“Mah...anaknya Tante Tanti kok pucet banget sih. Nggak pernah dandan ya”
“Kok Kamu kucel banget. Nggak pakai bedak ya. Pantes nggak cantik”
“Itu kok kerjanya kayak gitu sih. Emang ada profesi kayak gitu”
“Kalau Cuma kerja di rumah itu namanya bukan profesi”
“Yang namanya kerja itu ya di Kantor atau di Bank”

Saya miris kalau denger kata-kata seperti itu. Bisa-bisanya nggak punya rem dalam berbicara. Tapi yah...namanya orang, wataknya emang beda-beda. Ada yang punya sopan santun tinggi. Ada yang bahkan nggak punya otak kalau ngomong. Keren pokoknya. Dan yang paling bikin kesel adalah debat sama orang yang “nggak tau apa-apa”. Lagipula, nggak ada habisnya kalau diladenin. Kalau kita diem, dikira kita bodoh . Giliran dijelasin panjang lebar, eee...susah nangkep. Yaelah.....Trus Kudu How?


Nggak semua orang butuh pengakuan. Misalnya, orang cantik nggak pernah butuh pujian kalau dirinya cantik. Nggak perlu posting close-up wajah biar dibilang cantik. Nggak perlu ngatain orang lain jelek biar dibilang cantik. Karna orang cantik itu apa adanya, dia tampil senatural mungkin tanpa “ngemis” orang lain biar dikatain cantik.


Beda sama orang yang Sok cantik. Mereka ingin dipuji cantik dengan ngatain orang lain jelek. Mereka suka mengkritik penampilan seseorang hanya karena ingin orang lain menganggapnya sempurna.Yah...namanya juga Sok cantik. Jadi ya masih butuh pengakuan. Beda sama orang cantik, mereka justru nggak butuh pengakuan.


Kenapa Saya bahas  hal beginian? Soalnya kemarin sempet denger obrolan. Awalnya obrolan biasa. Tapi lama-lama jadi nguping.  Jadi mereka bilang gini,


“Lo tau kan, di Yuyun, kok dia mukanya jerawatan gitu. Nggak pernah dirawat apa ya? Secara dia banyak duit? Kok nggak perawatan?”

“Iya ya. Mukanya keliatan jelek gitu. Kalau Gue udah nggak pede deh jadi dia. Jerawat satu aja udah males keluar rumah. Apalagi kek dia. Penuh gitu jerawatnya”

“Ho o bener. Kok dia bisa se-PD itu”


Yap. Bagaimana bisa mulutnya pedes gitu. Apa nggak ngaca dulu pas ngomong. Ya nggak salah sih kalau menilai seseorang dari face nya.  Saya akui kalau yang bilang begitu emang cantik. Wajahnya mulus. Tapi mendadak jadi terlihat jelek dimata Saya. Kenapa? Karna omongannya tadi, ngerasa sok cantik dengan merendahkan orang lain. Gimana penilaian cowok kalau ngeliat cewek ngomongin cewek lain dan ngrendahin kayak gitu?


Ayo yang cowok-cowok jawab donk?


Begini, Saya punya temen orangnya cantik. Yah...sebagai ukuran cewek, dia perfect banget. Tapi dia sama sekali ngga pernah ngrendahin fisik orang lain yang kurang sempurna. Dari sini Saya menilai kalau orang cantik memang tak butuh banyak pengakuan. Karna sudah banyak yang mengakui.


Kelebihan lain yang nggak butuh diakui adalah kemampuan. Kamu nggak perlu gembar-gembor ”Saya bisa ini Saya bisa itu Saya bisa segalanya”. Karna semua itu nggak butuh omongan belaka. Yang dibutuhkan adalah bukti. Percuma kalau komentar, “Ah...Saya juga bisa kalau Cuma kayak gitu” , “Ah...gitu aja bangga” tapi nggak ada bukti apa-apa. Kalau bisa ngomong kayak gitu seharusnya bisa membuktikan donk. Ya nggak?


Ketulusan juga seringkali tak butuh pengakuan. Kamu nggak perlu bilang. “Itu tadi yang nolongin Saya loh”, karna kalau sudah keluar semacam itu namanya nggak tulus. Kalau emang tulus nolongin ya tolong aja. Simple kan? Karna ketulusan yang nyata tak perlu butuh pengakuan.


Biasanya orang yang “real” emang nggak banyak gaya. Mereka selalu tampil apa adannya. Karna dengan kesederhanaan dan apa adanya itulah banyak orang yang sudah mengakui, sehingga tak perlu repot-repot nyari pengakuan. Iya nggak?


#ByMissAnt

Popular Posts