Sumber Gambar : Google |
Pola pikir yang luas akan membuat kita lebih legowo menerima
perbedaan. Bener nggak? Kadang aku pusing kalau buka sosmed yang kebetulan
mereka selalu menyimpulkan sesuatu dari 1 sudut pandang saja. Meski begitu ada
beberapa orang yang pola pikirnya terbuka. Mereka memiliki sudut pandang berbeda
dalam memandang perbedaan.
Adanya sosial media memang memudahkan orang-orang untuk menyalurkan
pendapat. Entah itu pendapat yang berbobot maupun ala kadarnya saja. Iya benar.
Itu memang akun pribadi setiap orang. Mereka berhak mengutarakan apa yang ada
di pikiran mereka. Wong saya juga begitu, I tweet what I wanna tweet. I tweet based
on my mind. And it’s okay kok.
Setiap akun yang dibuat tentunya terserah kontennya mau
bagaimana. Kamu bisa ngonten sesuai dengan keinginanmu. Yang namanya dunia maya
memang asyik. Kita bisa melakukan apa saja dengan akun yang kita miliki. Bahkan
ada yang bisa menghasilkan uang dengan skill mereka.
Yang jadi masalah di sini adalah soal pola pikir. Semua
orang bebas berpendapat, tapi tidak semua orang punya pola pikir yang luas.
Mengapa? Mereka cenderung masih melihat sesuatu dari 1 sudut pandang saja.
Apalagi jika berurusan dengan orang awam. Biasanya mereka ngotot kalau pendapatnya
adalah yang paling benar.
Menjadi orang yang punya pola pikir luas sebenarnya gampang-gampang
susah. Ada orang yang mindsetnya luas karena pergaulannya. Ada karena lingkungan
sekitar. Yang jadi masalah di sini adalah ketika masyarakat yang kamu tempati
pola pikirnya masih sempit dan hanya bertumpu pada satu sudut pandang saja.
Beberapa contoh pola pikir sempit yang masih ada sampai
sekarang;
- Orang yang lebih muda cenderung dikatakan bodoh dengan orang tua zaman dulu yang berprofesi menjadi guru. Orang zaman dulu selalu merasa paling pinter. Mereka selalu menganggap bodoh anak muda yang sedang menganggur. Dikit-dikik ngatain, “Bodoh banget ya itu masa cari kerjaan nggak dapat-dapat”.
Level orang pintar zaman dulu dan zaman sekarang
itu beda. Orang zaman dulu sering menyebut profesi terbaik adalah guru,
sementara yang lainnya dipandang sebelah mata. Bahkan bisa dibilang orang zaman
dulu terlalu menggurui dengan hal-hal yang ada pada zaman dulu.
- Orang terlalu beranggapan kalau belum nikah dianggap nggak laku. Dari dulu denger orang kayak gini jadi gemes sendiri. Kenapa? Lha emang jualan apa? Pake nggak laku-laku. Lucu tapi menyedihkan banget orang yang pikirannya sesempit itu.
· Inilah mengapa sangat penting punya pola pikir
yang luas agar bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda. Nikah tidak
semata-mata karena umur, tapi masalah jodoh. Ada orang umur 18 tahun udah
ketemu jodohnya. Ada yang sudah 30 tahun baru lamaran. Semua sudah diatur. Tak
perlu ikut campur.
- Bekerja di luar negeri hasilnya lebih besar dan uang terkumpul lebih cepat. Sekarang coba mikirnya nggak penghasilan lebih besar. Coba pikirkan beban kerjanya juga. Cobalah untuk berfikir dari sudut pandang lain dan jangan hanya materi saja. Lalu ke depannya kalau sudah tidak bekerja di luar negeri mau jadi apa.
Orang yang punya pola pikir yang luas tidak
hanya sekali mikir. Dia juga akan memikirkan bagaimana plan ke depannya.
Orang berpikiran sempit biasanya hanya melontarkan pikiran yang, “liyane pikir
keri” yang artinya “lainnya dipikir belakangan”. Kalau kayak gini sama aja nggak
punya plan donk!
- Ikut campur urusan orang lain. Orang selalu menganggap kalau masalah orang lain adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dibahas. Mereka kemudian akan mencari detail dari A sampai Z. Kemudian sok berkomentar dengan, “Kok gitu sih? Harusnya kan gini?”.
Masalah orang tidaklah sama. Jangan
menghakimi dengan pura-pura peduli. Kalau memang nggak tau permasalahannya
jangan sampai ikut campur untuk sekedar ingin tahu dan parahnya lagi ikut
menyebarkan. Manfaatnya apa?
- Percuma kuliah kalau ujung-ujungnya juga nggak kerja. Percuma lulus kuliah kalau nggak kerja di kantor bagus. Percuma sekolah tinggi kalau nggak bisa masak. Percuma pinter cari duit kalau ujung-ujungnya nggak bisa masak. Percuma punya prestasi terbaik di kantor tapi nggak bisa ngurus anak. Bla….bla…bla…
Kalau boleh jujur, sebenarnya saja benci sama orang yang punya pendapat seperti itu. Yang biasanya dikatain adalah para cewek-cewek. Hubungannya apa sekolah tinggi sama harus kerja di kantor bagus. Pada dasarnya kan kalau cewek sekolah tinggi kan tidak harus bekerja di kantor bagus dan populer.
Ingat ya….sekarang sudah zaman digital. Semua orang bisa cari duit tak harus ngantor. Kalau emang rejekinya nggak kerja di kantor ya mau gimana lagi? Semua sudah diatur dan ditakar sehingga tidak ada yang salah dengan semua ini.
Kalau soal bisa masak atau tidaknya? Itu sama sekali nggak ada hubungannya deh. Toh sekarang di sosial media juga banyak resep masakan online yang menyajikan menu-menu sehat sesuai dengan ahli gizi. Nah loh….nah loh….mau komentar apa lagi?
Buat orang yang punya pola pikir sempit dan kuno, cobalah
menilai sesuatu dari sudut pandang lain. Tidak semua yang ada dibenakmu itu
benar. Cobalah untuk melihat sesuatu dari persepsi lain. Berpikiranlah terbuka.
Paling tidak, jangan menggunakan persepsimu untuk menasehati orang lain. Jangan
meremehkan orang lain dengan persepsi kunomu yang udah nggak laku di era sekarang.
#Ups
Punya pola pikir yang luas juga berpengaruh terhadap
kesehatan mental seseorang. Dengan punya pikiran terbuka, kamu nggak bakal pusing
dengan 1 komentar orang tentang dirimu. Paling nggak, tanggepanmu hanya
sekedar, “Ah…maklum lah…namanya juga orang awam”.
Tapi untuk meramaikan dunia, maka ada aja orang dengan pola
pikir sempit yang meresahkan jagad sosmed dan dunia nyata. Kesehariannya Cuma berkomentar
dengan sudut pandang mereka sendiri tanpa mau melihat luasnya dunia.
Keputusan ada di kamu. Mau punya pola pikir luas atau hanya
begitu-begitu saja tanpa melihat dunia dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Aku suka heran, kenapa orang-orang nggak ada capek-capeknya, pola pikirnya
hanya sebatas itu-itu dan itu-itu saja. Haha……
~MissAnt~